Bunga Mawarnya 3 ya! (Part 1)
bunga mawarnya 3 ya’ suara khas wanita
berambut pendek pirang itu seperti menyita perhatianku kulirik kalender di
dinding bercat biru walpaper yang pas untuk toko bunga keluarga tepat tanggal 2
wanita ini selalu membeli bunga yang sama 3 tangkai mawar tidak pernah absen
satu haripun selalu di jam yang sama dengan pakaian yang sama
‘biar gue aja yang layanin’ sergahku ketika
mas wibi sudah mengambil 3 tanngkai mawar untuk wanita itu
‘ga beli yang lain mba?’ tanyaku sopan membuka
pembicaraan
Wanita itu menengok memamerkan senyumnya dan
menggelengkan kepalannya memperlihatkan bahwa dia mempunyai satu lesung pipit
di sebelah kiri pipinya
‘beli buat pacarnya ya mba?’ aku sedikit
menyindir sambil memegang bunga pesanannya yang sudah terbungkus rapi
Lagi-lagi dia hanya tersenyum lalu seraya
mengambil bungkusan bunga itu dari tanganku dan mengepalkan uang ke tangan
kananku dia melengos pergi meniggalkan bau parfumnya yang khas yang selalu
membuat jantungku berdebar ketika menghirupnya
‘cewe kayak gitu lu arepin apa bagusnya no?’
tanya mas Wibi yang sepertinya mengerti dari gelagatku yang berubah
‘gua cuman penasaran mas’ kataku sambil
membereskan barang sebelum menutup toko
‘mau sampe kapan lu penasaran kayak gitu?’
tanya mas Wibi seraya memasukan badanya ke dalam jaket cokelat kesayangannya
Aku hanya tertawa mencerna ulang perkataan mas
Wibi yang ada benarnya pasalnya sudah hampir 4 bulan ini aku penasaran oleh
sosok wanita itu dan sampai kapan?
‘kalo serius kejar no jangan sampe mati
penasaran kau! Gua duluan yak!’ mas Wibi menepuk pundaku lalu melambaikan
tanganya dari balik kaca toko.
2 Desember
Sudah tanggal 2 lagi berarti sudah 1 bulan
berlalu semenjak pertemuan kemarian sebagai awal perbincangan kami ‘krek’ suara
pintu tebuka aku langsung menegok ternyata bukan gadis itu tunggu
sebentar? Kenapa aku mengharapkan
kehadiranya? Apa rasa penasaran ini masih mengelayuti diriku aku menyibukan
diriku sebisa mungkin agar tak terlihat sedang menuggu dia ‘krek’ kali ini bunyi
pintu terbuka lagi aku tidak langsung menengok aku takut terlihat sedang menuggunya
tapi bau harum yang sangat ku kenal
sudah mulai menyerebak di sekitarku initidak salah lagi pasti ini dia aku
segera mungkin menyiapkan 3 mawar kali ini berwarna putih
‘bunga mawarnya..’ bahkan sebelum dia sempat menyelesaikan
omonganya aku sudah menyodorkan 3 tangkai bunga mawar dihadapanya dia tersentak
tapi langsung tersenyum sangat manis
Aku menghirup nafas panjang ‘kali ini lo punya
waktu lebih banyak kan buat ngobrol sama gue?’ tanyaku dia tak menjawab hanya tersenyum
lalu berlalu lagi-lagi aku dihiraukanya yang kini sudah berjalan jauh dari toko
setelah membayar ke kasir tentunya.
Hari sudah menjelang sore ketika aku sedang di
tertawakan Mas Wibi karna insiden kenekatanku tadi ‘no gue balik yak’ Mas wibi
langsung berjalan ke arah pintu yang sedang kubelakangi
‘duluan ya mba’ sapanya kepada siapa? Aku
langsung menegok kepada gadis yang sedang mengangguk manis kearah Mas Wibi yang
kini tertawa tawa geli
‘tokonya kan udah tutup kita jalan yuk’ perkataan yang cukup berani untuk seseorang
sepelit dia pelit dalam berkata tentunya yang tak peranah kudengar suaranya
selain saat dia memesan bunga aku mengangguk malu mengambil kunci motor lalu
bergegas mengunci toko. Bodon=hnya aku bagaimana mungkin wanita yang baru ku
kenal dan berbicara denganku sekitar 5 menit yang lalu kini sudah duduk manis
di belakang jok motorku bagaiman aklo dia sebenarnya orang jahat? Atau
mata-mata dari toko bunga sebelah? Dan bodohnya lagi ke kawatiranku seketika
menghilang ketika melihat wajahnya dari balik spion.
Suasana tenda kopi yang berada di tengah kota
kini mulai ramai ketika matahari sudah tak menampakan mukanya lagi dan kini
langit berwarna jingga oranye panaroma indah untuk dilihat oleh muda mudi yang
sedang kasmaran.
‘ehemm’ aku berdeham karna sudah hampir 10
menit tak ada suara diantara kami
‘oh ya nama aku Mawar’ tanganya disodorkan
kepada aku menahan tawa apa ini alasan dia selalu membeli bunga mawar?
‘Beno,nama kamu bagus’ aku menyalaminya sambil
berabsa-basi
Kami kembali diam
Komentar
Posting Komentar