SEE YOU! (Part III)
Aku
berjalan melewati gerbang sekolah mendapati langit sudah berwarna jingga aku
mempercepat langkah kakiku melihat ke selilingku yang mulai sepi,mataku tertuju
ke arah sebuah warung dengan beberapa orang laki-laki memakai seragam yang sama
denganku aku semakin memepercepat langkahku untuk melihat wajah mereka lebih
jelas mataku terbelak melihat sosok itu
‘Nuu...’ panggilku yang berhenti
beberapa meter dari orang yang kupanggil tadi lelaki itu langsung menengok
kearahku dan tersenyum lalu menyuruhku menghampirinya akupun berjalan dengan
senyum beberapa orang menatap kami berdua namun kembali asyik dengan aktifitas mereka
kembali aku duduk disamping Nugi
‘baru pulang?’ tanyanya tanganya seperti
memegang sesuatu namun tertutupi karna berada dibawah aku mengangguk setelah
anggukanku dia menghisap sesuatu yang tadi tersembunyi dibawah
‘Nu’ aku
memanggil namanya lemah
‘mm?’dia memasang wajah biasa seperti tidak terjadi
apa-apa
‘lu,ngeroko?’ tanyaku kepulan asap sudah mengelilingi kami baunya
semakin menusuk di hidungku
‘iya kenapa?’ tanyanya bingung melihatku bertanya
pertanyaan aneh seperti itu
‘sejak kapan?’ tanyaku lagi sebenarnya hampir
sebagian teman-teman lelakiku semuanya peroko aktif tapi entah kenapa aku
menanyakan hal ini ke Nugi sepertinya mulut dan hatiku tidak bisa ku kendalikan
saat denganya
‘smp kenapa sih?’ tanyanya semakin bingung aku bangkit dari duduk
‘matiin gua gasuka bau roko’ aku berkata seakan aku pacarnya dengan nada
sedikit membentak
‘kenapa? Emang siapa lu?’ tanyanya sambil tersenyum jahil
namun tidak membuatku tertawa aku malah terdiam mendengar ucapanya yang ada
benarnya
‘gua asma lu mau gua sakau disini?’ perkataan itu terlontar begitu
saja dari mulut kecilku sejak kapan aku asma? Pikirku dalam hati dan mengapa
aku harus berbohong hanya untuk menyuruhnya mematikan roko? Tapi,semuanya sudah
terlontar aku tidak mungkin menarik kembali ucapanku,Nugi diam menatapku nanar
mungkin dia merasa kasihan sekarang
‘maaf’ Nugi membuang puntung yang masih
tersisa dan menginjaknya dengan sepatu
‘sini duduk lagi’ Nugi melembut
menyuruhku duduk lagi bagaimana mungkin aku tidak meleleh dengan ucapanya
seperti itu dan bagaimana bisa jantungku bekerja dengan normal ketika matanya
menatap mataku seperti itu aku duduk disampingnya kembali
‘sejak kapan asma?’
Nugi bertanya seakan terlalu peduli denganku
‘hah?’ otakku masih belum bisa bekerja sepertinya kala itu
‘sejak
kapan lu asma?’ Nugi mengulangi pertanyaanya
‘sejak..’ aku menghentikan
perkataanku dan berpikir Nugi mengangkat sebelah alisnya menunggu jawaban keluar dari mulut bodohku ini
‘sejak tau lu ngeroko gua jadi penderita asma’ aku tersenyum tidak mampu
membohonginya lagi Nugi mengerutkan dahinya bingung dengan jawabanku
‘maksudnya? Lu boong soal asma?’ Nugi memperjelas maksud perkataanku aku
tersenyum kaku dan mengangguk lemah
‘aduh Evra! Itu roko masih panjang kan
lumayan!’ mukanya seketika berubha menjadi kesal terhadapku
‘abisnya kalau ga
kayak gitu lu gamau matiin rokonya’ aku membela diri bukan salahku sepenuhnya
‘ya tapikan lu bisa kasih alesan yang jelas kenapa gua harus matiin roko hayo
kenapa?’ Nugi bertanya denagn nada masih sama dengan tadi dan kini mukanya
bukan terlihat marah malah terlihat lucu dimataku aku menahan tawa
‘gua gasuka
asep roko baunya gaenak’ Nugi menatapku tajam mungkin dia masih merasa aku
berbohong
‘serius!’ aku membentuk angka 2 dengan jariku tanda keseriusan
‘yaudahlah kali ini di maafin tapi lain kali traktir roko ya’ Nugi berkata dengan
entengnya lalu bangkit aku mencibirnya dari belakang dan untung saja dia tidak
melihatku berkata seperti itu
‘Yuk’ dia menarik tanganku untuk bangun
‘kemana?’
aku bertanya dengan polosnya tapi bangkit dari dudukku
‘pulang’ jantungku
berdegup cepat lagi berarti aku akan dibonceng lagi? melihat wajahnya di spion
lagi? aku tersenyum malu membayangkan itu,Nugi berpamitan aku mengikutinya ke
motornya yang terpakir di sebelah warung baru saja aku mau menaikan kakiku
ketika Nugi malah menarikku kearahnya memakaikan helm dengan cekatan ke
kepalaku lagi-lagi seperti ini sudah dua kali dia melakukanya
‘yap sana naik’
aku menurut lagi dan lagi Nugi mampu membuat jantungku seperti orang kesurupan
mampu membuatku dimabuk kepayang dia mampu dan hanya dia yang bisa membuatku seperti ini aku jatuh tapi jatuh yang disandingkan dengan cinta dan itu indah dan itu Nugi.
Komentar
Posting Komentar