Berbahagialah.



Entah siapa yang berubah Aku,Kamu,atau keadaan yang merubah segalanya.

           Semua kembali ke awal seakan kita tak saling kenal walau mata kita sering bertatap satu sama lain yang terjadi hanyalah seakan kamu tak melihatku hanya dalam hitungan hari yang tadinya dekat menjadi menjauh begitu saja tanpa sempat mengucap kata perpisahan atau mengucap kata maaf dan terimakasih padahal begitu banyak waktu yang diberikan Tuhan kepada kita untuk saling bertukar pikiran membicarakan banyak hal tapi denganmu lidahku rasanya kelu pertanyaan yang telah aku siapkan di malam malamku rasanya hilang bersamaan dengan waktu yang terus berjalan begitu saja. Ketika denganmu rasanya tidak akan pernah terjadi perpisahan rasanya tak akan ada yang namanya selamat tinggal, tapi itulah hukum alam dimana ada pertemuan pasti ada perpisahan.

            Sebenarnya bukan perpisahan seperti ini yang aku inginkan kita kembali ke jalur masing-masing seperti tak pernah mengenal sedikitpun, seperti aku hanya sebuah bagian cerita yang tak penting dan tak menarik dibaca dari buku catatan hidupmu padahal menurutku, kamu tidak seperti itu dan sampai sekarangpun kamu telah ditandai sebagai bagian tanpa akhir di catatan malang hidupku,

            Kamu memang pergi, tapi aroma dan kenangan itu tidak pernah lari memberikan bekas mendalam di salah satu organ tubuhku yang tak bisa aku jelaskan, rasanya organ itu  begitu sakit ketika mengingat segala momen yang telah kita lalui beberapa bulan kebelakang rasanya organ itu terlalu rapuh ketika aroma khas itu menyeruak masuk kedalam fikiran, organ itu kembali hancur seketika oleh seseorang yang pernah menguatkanya dengan memberinya perekat tapi ia juga yang menghancurkannya kembali.

            Aku hanya merindukanmu merindukan setiap pagi kita yang dilalui dengan uapan kantukmu merindukan celotehanmu ketika kelaparan merindukan kata-kata bijakmu yang mengingatkanku untuk selalu dijalan yang benar merindukan rayuanmu yang semata hanya untuk membujukku untuk tidak marah lagi kepadamu bahkan aku merindukan kebiasaan jelekmu merindukan bau asap yang selalu keluar dari mulutmu hanya rindu yang meletup letup hanya itu yang kini mendtangkan musim digin di kehidupanku,

            Berbahagialah kamu karena hanya dengan itu kamu bisa membayar segala kerinduan yang kini selalu membuatku menetaskan air mata ketika sedang bercerita dengan Tuhan diatas sajadahku, Berbahagialah kamu.
Dari Aku teruntuk Kamu
Berbahagialah.

Komentar

Postingan Populer